- Kita bisa seminggu penuh ngelembur mencatati kacaunya feosalisme dan hebatnya demokrasi, atau sebaliknya.
- Tugas pemerintah mengolah modal kekayaan Negara untuk kesejahteraan rakyat lahir bathin.
- Derajat pemerintah ada di bawah maqam rakyat. Tugas mereka mengolah modal kekayaan Negara untuk diantarkan kepada rakyat. Demokrasi adalah satu jenis kendaraan untuk mengantarkan kesejahteraan itu.
- Pemerintah dilarang main-main, sok kuasa, lupa hakekat demokrasi dan rakyat, merasa dri di atas rakyat, dan lupa bahwa rakyat bisa hidup tanpa pemrintah sementara pemerintah tak bisa ada tanpa rakyat.
- Kekayaan Negara tercecer-cecer mubajir, di kuasai maling dan kaum serakah yang derajatnya sama dengan ayam yang nothol-nothol nasi berceceran.
- Para ahli wirid meminjam kata-kata Allah SWT minhaitsu la yahtasib : mereka akan menjumpai kenyataan jauh di luar yang mereka perhitungkan. Berbagai rekayasa tidak jujur, hati yang tidak adil, dan pikiran yang tidak objektif yang menimpa rakyat Indonesia di tengah impitan dan timbunan masalah-masalah, lambat atau cepat akan mengalami produk dari ‘minhaitsu la yahtasib’ mereka melakukan tipu daya, dari local sampai internasional, dan mereka akan kejagul karena Allah SWT adalah Maha Penipu Daya.Tinggal rakyat yang di tipu daya itu mempercepat dengan tangis mereka kepada Allah SWT, atau membiarkan irama Allah SWT berlangsung apa adanya.
- Presiden dan seluruh jajaran pejabat birokrat adalah pembantu rumah tangga rakyat.Rakyat membayarnya, menyediakannya kantor, rumah dinas, kendaraan, serta segala kelengkapan untuk menjalankan tugasnya. Pemerintah adalah pihak yang di pilih, rakyat adalah pihak yang memilih. Yang memilih lebih tinggi derajatnya dan lebih berkuasa dari yang dipilih apalagi yang membayar dan yang di bayar. Yang membayar adalah bos yang di bayar adalah karyawan. Rakyat adalah juragan pemerintah adalah buruh.
- Seluruh pasal konstitusi, hukum, dan aturan-aturan apapun dalam kehidupan bernegara, mengacu pada derajat kedaulatan rakyat yang terletak di atas kepala pejabat.
- 9. Kantor yang di tempati walikota itu bukan pemerintah, melainkan gedung Negara. Pemerintah tidak punya gedung, lha wong orang-orang pemerintah saja di gajih oleh rakyat. Itu gedung Negara, Negara adalah aplikasi otoritas rakyat. Esensinya itu adalah gedungnya rakyat. Juga obil yang di kendarai walikota adalah mobilnya rakyat. Dan apa saja di badan walikota yang berasal dari keuangan Negara, itu adalah kepunyaan rakyat.
- 10. Orang Indonesia gumunan, latah, dan gampang di bikin mabuk. Cukup di serbu dengan iming-iming. Segala yang memabukkan di masukkan ke Indonesia
dawuhe emha 11
Diposting oleh
werkudoroarimbi
on Minggu, 19 September 2010
di
9/19/2010 06:43:00 AM
0
komentar
Label:
Em Ha


dawuhe emha 10
- Aku sudah lama berlatih mencintai manusia serta berlatih untuk tidak dicintai manusia, berlatih untuk tidak menghormati, untuk diremehkan, dihina, dipinggirkan, tanpa itu semua mengurangi rasa cintaku pada manusia.
- Hokum tidak mengerti kecuali dirinya sendiri. Ia tidak mengakui segala sesuatu yang di luar dirinya
- Benar-benar tidak penting siapa seseorang. Apa jabatan atau status sosialnya. Dunia akhirat yang penting adalah apa yang dia lakukan untuk orang banyak. Dicatat atau tidak, diketahui atau tidak, dipuji atau tidak, mendapat tanda jasa atau tidak.
- Orang yang baik dan tokoh yang hebat bisa tiba-tiba menyandang dosa besar karena ia tidak mempersepsi sesuatu melalui metodologi tabayyun yang maksimal. Tabayyun itu konfirmasi dan rekonfirmasi, check and richek, mendata lengkap, melakukan mapping secara obyektif, menyelenggarakan analisis secara adil, kemudian mengambil kesimpulan dan keputusan yang arif dan indah.
- Tuhan berfirman dengan pola komunikasi diskusi, “Yang kalian benci dan singkirkan itu mungkin justru yang baik dan kalian perlukan. Sementara yang kalian junjung-junjung tiap hari, itu mungkin yang berbahaya bagi kalian”
- Kita bangsa bersuku-suku, tetapi cita-cita kita satu. Kita bermacam-macam budaya, tetapi gawang kehidupan satu. Kita punya banyak agama, ragam nilai, pilihan-pilihan di segala sisi kehidupan, tetapi obsesi kita satu. Satu cita-cita itu ialah menjadi kaya.
- Yang melimpah jauh lebih baik dibanding Tuhan. Korupsi jauh lebih dipercaya dibanding hakikat dan metabolism rezeki. Orang lebih tertarik kepada kekayaan dibanding keshalehan. Orang lebih tergiur kepada kejayaan dibanding kemuliaan hidup.
- Menjadi kaya adalah isi utama kepala manusia Indonesia, dan untuk itu dipilih cara dan jalan yang paling bodoh dan malas: acting menjadi pemimpin, ustadz, artis, wakil rakyat, lembaga zakat dan infak atau apa pun
- Khalifah Umar bin Abdul Aziz menangis dan shalat taubat kepada Allah gara-gara seekor unta terpeleset nun jauh disana, namun masih di wilayah tanggung jawab kekhalifahannya.
- 10. Kekuasaan adalah jalan paling popular untuk mencapai cita-cita supaya kaya. Maka tidak ada agenda apa pun yang lebih diutamakan dibanding apa pun dalam kehidupan bangsa Indonesia melebihi agenda politik. Siang malam, tiap bulan, tiap tahun, headline, ngrumpi, obrolan gardu, apa pun saja sesungguhnya berpangkal dan berujung pada agenda politik.
0.000000 0.000000
dawuhe emha 9
- Dalam menjalankan kehidupan ini, untuk kepentingan pribadi, keluarga, group, kelompok, komunitas, dan apa pun yang terkait dengan pribadi saya, sungguh-sungguh tidak boleh ada pengemisan, proposal, iklan, promosi, mengajukan diri, mencalonkan diri, atau apa pun saja yang ada frekuensi kepengemisannya.
- Saya tidak punya keberanian memaknai kata “do’a” sebagai permohonan, permintaan, mengemis kepada Allah, meskipun Allah sangat mendengarkan orang yang memohon kepada-Nya. Pengertian do’a yang agak mendekati tepat atau enak, mungkin adalah menyeru atau menyapa. Berdo’a adalah menyapa Allah. Kita sapa Dia karena Dia tahu persis apa yang kita inginkan dari-Nya. “menyapa” itu statusnya “memberi”, maka lebih potensial untuk dibalas pemberian oleh Allah. Sedangkan “memohon” ya “meminta”, potensi untuk diberi lebih kecil dibanding menyapa. Sekurang-kurangnya begitulah logika saya.
- Kalau thawaf saya beraninya menjauh-jauh dari ka’bah, karena tahu diri ini kotor tak terkira. Kalau lancing mendekati ka’bah, saya taku Allah Memelototiku sebagai manusia yang tak tahu diri, GR, merasa bersih, merasa pantas dekat-dekat rumah-Nya.
- Tak ada Nabi punya statement bahwa dirinya baik, tak ada rasul menyatakan bahwa dirinya tidak kotor. Adam menyebut dirinya kotor, juga Yunus. Muhammad menangis dalam sujudnya tiap malam meskipun secara obyektif ia hamper tak berdosa, tak member hak sedikitpun dalam hidupnya pada kerakusan, kesombongan, hedonism, bahkan kepada kekayaan. Allah menyediakan baginya gunung emas dan jabatan Nabi yang raja, Mulkan-Nabiyya, namun dia memilih sebagai abdan-Nabiyya, nabi yang jelata.
- Allah menyatakan kalimat yang tak perlu ditafsirkan, “Yang kau buang-buang itu bisa jadi baik bagimu, dan yang kau junjung –junjung itu bisa jadi mencelakakanmu”
- Sopan santu Jawa menyebut Nabi Muhammad dengan kanjeng Nabi. Dalam bahasa Arab: Sayyid, semacam sir, sayyidina Muhammad. Beliau pernah bilang, “saya jangan di sayyid-sayyid-kan” maka masyarakat Muhammadiyah cenderung tidak memakai gelar sayyidina. Panggil ngoko saja: Muhammad. Tetapi kalau kita menyebut pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan dengan “dahlan” saja, “si dahlan”, atau dulu ketika dia masih sugeng kita menyapa beliau “mau kemana lan?”, teman-teman Muhammadiyah banyak yang tidak siap juga.
- Sudah terpecah dan terkeping sampai seberapa PKB juga NU? Tidak. Kita ambil perspektif lain. Itu bukan bentrok, bukan perpecahan. Itu romantisme demokrasi, itu dinamika ijtihad (perjuangan pemikiran), itu produk wajar dari tradisi berfikir merdeka, salah satu prinsip yang membuat manusia bernama manusia.
- Kalau jumlah pemeluk Islam ada sejuta, maka dimungkinkan ada sejuta aliran. Dipersilahkan setiap orang memberlakukan tafsirnya masing-masing, dan satu-satunya yang berhak menagih pertanggungjawaban adalah Tuhan.
- Saya orang yang tidak perduli hokum. Ada hokum atau tidak, saya tidak akan menyakiti hati manusia. Ada KUHP atau tidak, saya tidak akan maling. Ada Jaksa, Hakim, atau tidak, saya tidak akan mencekik anak tetangga. Ada polisi,pengacara atau tidak, saya tidak akan memerkosa wanita maupun kambing betina dan apa-apa saja.
- 10. Akal sehat dan nurani di kedalaman dadaku ini sudah cukup mampu menghalangiku untuk tidak berbuat buruk kepadamu, untuk tidak menyakiti keluargamu, untuk tidak mencuri, memerkosa, atau apa pun yang mencelakakan kehidupan kita bersama.
0.000000 0.000000
dawuhe emha 8
- Semoga semua pihak tidak terkurung oleh kekerdilan emosi, nafsu subyektif yang tak dikasih helm oleh akal sehat, dan tetap percaya pada masa depan kemanusiaan dan kasih sayang Allah, yang jauh lebih besar disbanding presiden, MPR, DPR, dan Negara.
- Betapa tak terhitung jumlah bahasa di negeri kita, sehingga betapa rawan pula itu semua dari disinformasi dan diskomunikasi.
- Berapa puluh ribu bahasa etnik, dengan ratusan ribu macam dialeknya. Bahasa Indonesia yang seolah-olah merupaan bahasa pemersatu itu terbagi lagi menjadi bahasa politik, bahasa birokrasi, bahasa hokum, bahasa dagang, bahasa ilmuwan, bahasa seniman, bahasa artis, bahasa wadam, bahasa pasar, bahasa preman, juga bahasa prokem yang juga punya unikum sendiri-sendiri di setiap daerah. Ditambah lagi berkembang secara dinamis dari generasi ke generasi.
- Kalau di suatu siang yang panas gerah selintasan angin menerpa badanmu dan mengusap rambutmu, maka angin menjadi bagian dari dirimu. Segala sesuatu yang kaupandang, kaudengar, kaurasakan, kaualami, apalagi memasuki dirimu, bagian dari ingatan dan kesadaranmu, bagian dari sejarahmu. Menjadi file hard disk-mu, hidden atau unhidden.
- Soekarno, Soeharto, SBY, Hitler, Iblis, Malaikat, apa saja, tak bisa hilang dari komprehensif hidupmu. Semula ia sekedar kita sangka merupakan “bagian dari” dirimu, suatu saat engkau menemukan ia “adalah dirimu.
- Setiap butir nasi dan tetes air yang memasuki tenggorokanmu, perhatikan asal-usul kebenaran dan kebathilannya, posisi halal haramnya. Sebab engkau sedang mengawali dan memproses takdir bagi anak-anak dan cucu-cucumu.
- Jangan berfikir bahwa pelaku korupsi hanya koruptor saja, sebab mereka melakukan korupsi “berkat” adanya factor-faktor lain yang komprehensif yang memungkinkannya untuk melakukan korupsi. Tegasnya, kita semua “menanggung dosa” sistemik dan structural atas penyalahgunaan obat terlarang, atas korupsi, juga atas munculnya apa yang kemudian terpaksa kita sebut sebagai aliran sesat.
- Para ilmuwan itu lebih tertarik kepada satu tikus yang sakit disbanding jutaan tikus yang sehat. Ini hokum alam. Sakit lebih menonjol dibanding sehat. Kacau lebih menggairahkan disbanding damai. Buruk lebih laku dibanding baik. Jahat lebih sensasional dibanding mulia. Hancur lebih mudah dipasarkan dibanding bangkit. Curang lebih nendang dibanding jujur. Bentrok lebih nikmat dipergunjingkan daripada rukun.
- Kalau member karena diminta apa hebatnya?, tetapi kalau tidak diminta kita tetap member, itu baru nikmat.
- 10. Tak ada hak saya untuk tidak suka kepada pengemis atau apa saja dan apa pun saja, karena mereka semua ciptaan Tuhan. Mana berani saya tidak suka karya Allah.
0.000000 0.000000
dawuhe emha 7
- Ada orang berjuang, berteriak-teriak, dan melaksanakan perjuangannya. Ada orang berjuang, tetapi tidak berteriak, karena teriakan mengganggu strateginya, namun mewujudkan perjuangannya. Ada orang berjuang dan tidak sibuk mengumumkan di Koran bahwa ia berjuang. Ada orang berteriak-teriak tetapi tidak berjuang. Ada orang yang tidak berteriak-teriak dan tidak berjuang… dengan berbagai variabelnya.
- Ada orang yang mengerti dan mengerti bahwa ia mengerti. Ada orang mengerti tetapi tidak mengerti bahwa ia mengerti. Ada orang tidak mengerti tetapi mengerti bahwa ia tidak mengerti. Ada orang tidak mengerti dan tidak mengerti bahwa ia tidak mengerti… dengan berbagai variabelnya.
- Perkara Pilkades, Pilkada, Pilpres itu membutuhkan pelaku-pelaku dengan tingkat kecerdesan intelektual yang tinggi, bahkan kecerdasan spiritual, juga mentalitas yang canggih.
- Saya seorang munafik, anda pasti buan. Saya hamper tidak pernah melakukan perbuatan apa pun yang saya maksudkan benar-benar untuk perbuatan itu sendiri. Hati saya penuh pamrih tersembunyi, hati saya sarat strategi penipuan. Tak hanya kepada orang lain, tapi juga diri sendiri.
- Kalau saya shalat, bukan saya benar-benar shalat. Itu saya ngakali Tuhan. Shalat saya hanya alat untuk kemungkinan tambahan agar tercapai kepentingan tertentu. Misalkan shalat saya bertujuan agar cita-cita saya tercapai, di bidang kekuasaan, kenaikan pangkat, atau pembengkakan deposito bank saya.
- Kalau saya berbuat baik kepada masyarakat, misalkan bikin pengobatan missal, memacu pemberantasan narkoba, member bantaun dan santunan kesana kemari, jangan dipikir tujuan utama saya adalah deretan kebaikan-kebaikan itu. Ada yang lebih focus dikandungan hati saya, misalkan ingin jadi pemimpin.
- Jangan percaya kepada saya dan apa pun yang saya lakukan. Belajarlah meningkatkan dan merangkapkan kewaspadaan intelektual maupun spiritual. Saya seorang yang fasih bicara, mampu memesonakan orang banyak dengan ayat-ayat Tuhan yang saya bacakan, mampu memukau public dengan uraian-uraian ilmu social aplikatif empiris, tetapi kalau indicator atau parameter yang anda pakai untuk menilai saya adalah ucapan-ucapan saya, maka anda orang dungu.
- Maksiat kepada Allah tidak hanya dosa akidah dan akhlaq, tapi juga kebodohan, salah satu sandangan rutin bangsa Indonesia. Manusia itu ahsanu taqwiim, makhluk unggulan Allah, cirri utamanya adalah pernikahan antara otak (Hardware, system saraf kesadaran) dan gelombang elektromagnetik dari Allah yang Ia sebut akal (sowtware).
- Salah satu jenis kebodohan bangsa Indonesia yang “saru” alias “gak ilok” adalah menjual hak demokrasi kerakyatannya dengan menerima atau menukarkannya dengan uang sogokan beberapa puluh ribu dari calon penguasa.
- 10. Manunggaling kawwulo lan gusti : Allah dan rakyat bersatu di dalam hati pemimpin. Kalau pemimpin mengingkari Allah, Rakyat yang menangis. Kalau pemimpin menyakiti hati rakyat, Allah yang Murka.
0.000000 0.000000
dawuhe emha 6
1. “Adalah” dan “menjadi” begitu pentingnya bagi manusia. Sampai kemudian eksistensialisme itu justru sangat merepotkan
2. Dimintai duit tapi saya tidak boleh cari duit. Disuruhi menangani masalah rakyat tapi saya dilarang menjadi wakil rakyat. Disuruh memimpin kegiatan-kegiatan agama tetapi dilarang berposisi di maqam Gus, Ustadz, Kiai, ulama, serta berbagai ironi lagi
3. Sesekali saya menulis bukan karena saya penulis atau ingin menulis, melainkan karena proses-proses social yang menyandra saya memerlukan tulisan demi tulisan pada momentum tertentu. Karena ada satu dan lain hal yang harus disampaikan, diuraikan, dianalisis, dan dihikmahi demi kepentingan solusi social dari segala sesuatu yang menjebak saya.
3. Sesekali saya menulis bukan karena saya penulis atau ingin menulis, melainkan karena proses-proses social yang menyandra saya memerlukan tulisan demi tulisan pada momentum tertentu. Karena ada satu dan lain hal yang harus disampaikan, diuraikan, dianalisis, dan dihikmahi demi kepentingan solusi social dari segala sesuatu yang menjebak saya.
4. Hari-hari ini saya sedang melakukan upaya pembebasan social untuk mengambil diri saya kembali dari penjara-penjara sejarah yang menggelikan tapi melelahkan itu. Sejarah dimana Negara bukan Negara, dimana pemimpin bukan pemimpin, demokrasi tidak berarti sungguh-sungguh demokrasi, pemerintah yang tidak bernama pemerintah.
5. Kita sedang berada di “era konotasi”, era ketelingsutnya “denotasi”, Tuhan saja pun tidak denotative, juga agama, syari’at, Negara, pegawai (kok) “negeri”, demokrasi, rakyat, penderitaan, kedzaliman, serta hamper semua hal dan kata.
6. Andaikan pun diseluruh Indonesia tak ada lagi koruptor diseluruh level dan lini, tak ada kejahatan, keserakahan, maksiat, atau segala macam nilai kacau lainnya, tidak serta merta bangsa kita akan menjadi selamat atau apalagi pasti mengalami kemajuan.
7. Baik buruk, jahat tak jahat, bukan satu-satunya factor penentu nasib manusia
8. Ada orang yang mengucapkan sesuatu dan melakukannya. Ada orang mengucapkan tapi tidak melakukan. Ada yang melakukan tapi tidak mengucapkan. Ada yang tak mengucapkan dan tak melakukan… dengan berbagai variabelnya.
9. Ada orang yang tahu sedikit tentang sedikit hal. Ada orang yang tahu banyak tentang sedikit hal. Ada orang yang tahu sedikit tentang banyak hal. Ada yang tahu banyak tentang banyak hal… Dengan berbagai variabelnya
10. Ada orang mengkritik dan memberi jalan keluar. Ada orang mengkritik tapi tak bisa member jalan keluar. Ada orang yang member jalan keluar tanpa mengkritik. Ada orang tidak mengkritik dan tak member jalan keluar…dengan berbagai variabelnya.
0.000000 0.000000
dawuhe emha 5
- Tak ada dosa apa pun dan tak ada kehilangan apa pun. Kecuali kita kini masih seorang purba yang melarang anak-anak kita main sepakbola hanya karena permainan itu milik belanda.
- Menang debat belum tentu mengubah keadaan.
- Kita memang bangsa besar yang luar biasa. Kita tersenyum, ada kepentingan atau tidak. Beda dengan di Jerman atau negara kapitalis lain. Di sana, kalau ada pelayan tersenyum, itu bukan menyenyumi anda sebagai manusia. Yang disenyumi adalah uang yang akan kau belanjakan.
- Pikiran itu bekerja dengan sendirinya, seperti juga jantung dan usus. Bukankah seseorang tiba-tiba pada suatu malam sunyi memperoleh idea tau ilham? Atau mendadak terpikir sesuatu olehnya?
- Kalau ia susah payah narik taksi sekedar untuk cari makan, alangkah ruginya ! hal demikian cukup dilakukan oleh ayam. Bukankah sambil menyetir taksi, dia bias merenungkan sesuatu hal, bias berdzikir dengan ucapan yang sesuai dengan tahap penghayatan atau kebutuhan hidupnya, bias mengamati macam-macam manusia, bias belajar kepada sebegit banyak peristiwa.
- Kalian berbicara bahwa dunia sudah semakin rusak dan akan semakin rusak. Siapa yang merusak? Kalian sendiri.
- Allah meninggikan langit dan meletakan perimbangan. Demikianlah hokum nilai Allah. Karena itu orang disuruh shalat, yaitu menyesuaikan diri dengan hokum keseimbangan itu.
- Manusia tidak sempurna: dia harus selalu berendah hati dan siap mengakui kekurangan dan kelebihannya.
- Atasan manusia hanyalah Allah. Hanya Allah atasan manusia. Bahkan malaikat disuruh bersujud kepada Adam.
- Di Akhirat kelak, seluruh hakikat hidup kita mengemukakan dirinya secara jujur, tak bisa kita rencanakan, tak bias kita politisasi atau manipulasi.
dawuhe emha 4
31. Saya bukan seorang yang professional yang setiap orang yag menemui saya harus mematuhi system etik yang saya berlakukan berdasarkan bidang professional saya. Saya hanya seorang awam, manusia biasa, yang memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan setiap orang.
32. Sebagaimana saya juga mendambakan ada orang lain yang mendengarkan hati saya, maka saya belajar mendengarkan hatinya. Betapa pun melelahkan.
33. Salah satu unsur cinta dewasa adalah empati: mengambil kepentingan pihak lain yang kita cintai menjadi concern (perhatian) kita. Lalu kekasih kita haus, maka kita yang gugup mencarikan air minum. Kalau kekasih kita terluka, perasaan kita yang mengucurkan darah. Kata penyair Sutardji Calzoum Bahri: yang terluka padamu, berdarah padaku.
34. Cinta dewasa yang matang adalah kesediaan untuk berkorban. Untuk hal-hal yang menyenangkan, kekasih yang kita dahulukan. Sebaliknya, untuk hal-hal yang menyengsarakan, kita yang berdiri di garis depan.
35. Kalau ada manusia yang satu-satunya cirri kualitas dan wataknya adalah “Tidak boleh dibantah”, maka derajat dan mutunya persis dengan bayi. Apakah seorang ibu membantah tangis bayinya? Apakah ia mempertanyakan kenapa bayi itu buang air kecil di depan tamu misalnya?
36. Kaum muda kita itu bagian dari komunitas mudatsirun (orang-orang yang berselimut). Oleh apa? Oleh banyak segi-seg pendidikan ketidakcerdasan, ketergantungan, tapi ironinya juga keberkuasaan. Pantas Tuhan bilang: Qum..! berdirilah. Mandirilah. Mandiri pemikiran, mandiri sikap, mandiri pilihan, mandiri politik, mandiri ekonomi, mandiri budaya, hanya dengan cara itu mereka punya erangkat untuk memenuhi amanah: Fa’angdzir..! berilah peringatan, lakukan control social. Beroposisilah terhadap kezaliman dan kepalsuan.
37. Nilai perjuangan di mata Allah dan hakikat kebenaran tidak ditentukan oleh berhasil tidaknya suatu perjuangan. Melainkan ditentukan oleh kesetiaan daya juang sampai batas yang seharusnya dilakukan.
38. Saya sangat mencintai manusia, yang baik ataupun yang jahat. Yang baik saya cintai dengan memujinya, yang jahat saya cintai dengan mengkritiknya, ishlah atau apa pun yang berorientasi kepada kebaikan dan keselamatan.
39. Renungkanlah: betapa untuk bergembira saja anak-anak kita tidak mampu menemukan bentuk yang pantas. Renungkanlah: betapa kita telah gagal mendidik anak-anak kita tentang bagaimana cara bersyukur yang berbudaya.
40. Saya sama sekali tidak khawatir bahwa budaya seks akan menjadi peradaban, seperti saya juga tidak percaya bahwa manusia akan sungguh-sungguh menjadi binatang. Tapi hal-hal sepele seperti itu membuat kita berfikir dimana sebenarnya letak kaum pemikir, filosof, budayawan, negarawan, agamawan dan lain-lain?
dawuhe emha 3
21. Yang ada tinggi rendah itu hanya nilai. Kalau manusia ya sama saja.
22. Manusia apapun posisinya harus belajar bergaul dalam kesejajaran harkat, dalam keadilan dan keseimbangan nilai diantara mereka.
23. Baik orang penindas maupun orang yang tertindas layak kita cintai. Hanya saja, cara kita mencintai harus berbeda. Kaum tertindas kita cintai dengan santunan dan sumbangan perubahan, sedang kaum penindas kita cintai dengan cara menegur atau mendongkelnya.
24. Tidak ada barang yang hilang, paling-paling pindah tempat.
25. Kenapa pengetahuan kalian tidak membuat kalian mengerti?
26. Khilaflah pandangan yang mengatakan bahwa manusia berhak dan mampu menyutradarai dirinya sendiri secara total. Namun lebih khilaf lagi jika dikatakan bahwa manusia, rakyat, lahir ke dunia hanya sekedar untuk menjalani penyutradaraan.
27. Kita dilarang membiarkan kebodohan. Apalagi kebodohan yang sombong.
28. Betapa tersiksanya untuk tidak percaya kepada sesama manusia.
29. Biarlah ia menipu, biarlah ia puas bahwa saya seakan-akan percaya pada tangisnya. Kalau tidak salah, Tuhan sendiri tahu persis bahwa sangat banyak hamba-hamba-Nya menipu-Nya setiap hari. Mengingkari janji untuk patuh kepada-Nya. Tapi apakah dengan itu lantas Tuhan menghentikan terbitnya matahari gara-gara dia jengkel ditipu manusia?
30. Jangan sampai kita mengeksploitasi persahabatan atau kemanusiaan untuk hal-hal yang bersifat professional.
22. Manusia apapun posisinya harus belajar bergaul dalam kesejajaran harkat, dalam keadilan dan keseimbangan nilai diantara mereka.
23. Baik orang penindas maupun orang yang tertindas layak kita cintai. Hanya saja, cara kita mencintai harus berbeda. Kaum tertindas kita cintai dengan santunan dan sumbangan perubahan, sedang kaum penindas kita cintai dengan cara menegur atau mendongkelnya.
24. Tidak ada barang yang hilang, paling-paling pindah tempat.
25. Kenapa pengetahuan kalian tidak membuat kalian mengerti?
26. Khilaflah pandangan yang mengatakan bahwa manusia berhak dan mampu menyutradarai dirinya sendiri secara total. Namun lebih khilaf lagi jika dikatakan bahwa manusia, rakyat, lahir ke dunia hanya sekedar untuk menjalani penyutradaraan.
27. Kita dilarang membiarkan kebodohan. Apalagi kebodohan yang sombong.
28. Betapa tersiksanya untuk tidak percaya kepada sesama manusia.
29. Biarlah ia menipu, biarlah ia puas bahwa saya seakan-akan percaya pada tangisnya. Kalau tidak salah, Tuhan sendiri tahu persis bahwa sangat banyak hamba-hamba-Nya menipu-Nya setiap hari. Mengingkari janji untuk patuh kepada-Nya. Tapi apakah dengan itu lantas Tuhan menghentikan terbitnya matahari gara-gara dia jengkel ditipu manusia?
30. Jangan sampai kita mengeksploitasi persahabatan atau kemanusiaan untuk hal-hal yang bersifat professional.
0.000000 0.000000
dawuhe emha 2
11. Di tengah seribu hal yang menympekkan, tak kurang jua yang meringankan.
12. Yang terkenal belum tentu bermutu, yang bermutu belum tentu dikenal.
13. Kita terseret untuk membenci orang kaya, atau mencintai kemiskinan, saking getolnya membela orang miskin. Jadi sama halnya dengan setiap orang memeras orang miskin, karena sangat getol dengan kekayaan. Artinya, apakah untuk menjadi kaya harus melalui memiskinkan orang dahulu?
14. Kambing jangan seenaknya menyimpulkan bahwa harkatnya lebih tinggi daripada ayam, karena makanannya rumput dan dedaunan sementara ayam makan debu dan ulat-ulat kotor. Sebab kebudayaan ayam memiliki perspektif nilai-nilainya sendiri, memiliki acuan estetika dan hokum kesehatannya sendiri, yang tidak bias dibandingkan dengan kerangka acuan kambing.
15. Persetubuhan itu baik, tapi jika dilakukan tidak pada tempat dan waktunya, ia menjadi pemerkosaan. Korupsi itu toh hanya mengambil, Cuma yang diambil bukan haknya.
16. Keburukan itu tidak ada. Keburukan adalah kebaikan yang tidak diletakan pada ruang dan waktu yang semestinya. Sama halnya dengan kebencian, sesungguhnya ia adalah gelar dari cinta yang disakiti.
17. Zaman ini adalah zaman yang paling merasa tahu segala sesuatu, tetapi dimana-mana terjadi kedunguan dan ketidaktahuan terhadap hakikat kehidupan disbanding peradaban-peradaban masa silam. Alangkah sakit jiwanya.
18. Zaman sekarang adalah zaman yang mengaku paling sehat dan memuncaki ilmu dan tekhnologi kesehatan, tetapi berderet-deret penyakit baru muncul. Alangkah sakit jiwanya.
19. Zaman sekarang adalah zaman dimana nilai-nilai, substansi, makna kata, hakikat realitas, dijungkirbalikan secara sengaja seperti menaruh bola mata dibalik ketiak. Alangkah sakit jiwanya.
20.Orang yang kehilangan, setidaknya akan ingat bahwa ia kehilangan. Tapi kalau terlalu lama ia merasa kehilangan sesuatu, akhirnya yang hilang bukan hanya sesuatu itu, tetapi juga rasa kehilangan itu sendiri.
dawuhe emha 1
1. kenapa kita tak bersedia merasa sebagai anak yang sedang belajar, sehingga ketidakmampuan itu wajar dan tak perlu ditutup-tutupi. Kenapa kita cenderung menciptakan diri menjadi nabi-nabi kecil yang bersabda dengan gagah perkasa
2. Tak seorang pun mampu mengada tanpa karena
3. Yang kita kehendaki dari anak-anak kita terutama adalah kepatuhan dan ketertiban dalam ukuran-ukuran kita sendiri. Kita kurang memiliki tradisi empati untuk membayangkan dan sampai batas tertentu membiarkan anak-anak kita menjadi diri mereka sendiri.
4. Sastra sekuler tidak otomatis steril dari Tuhan dan ketuhanan, seperti halnya atheism hanyalah tahap atau batas pengetahuan ketuhanan tertentu, atau kita tidak bias menyatakan, kita hidup di bumi dan Tuhan nun di sana. Semua terletak dalam ruang lingkup Tuhan. Oleh karena itu tidak usah kaget apabila menjumpai sebuah karya sastra sekuler tiba-tiba terasa sedemikian mendalam kadar Religiusitasnya.
5. Kesadaran wahid adalah proses perjalanan menuju Tuhan atau menempuh metode di dunia ini untuk tiba kembali pada-Nya. Manusia menempuh karier, meraih status, nama baik, dan hiasan harta benda, yang seluruhnya itu diorientasikan kepada penemuan Tuhan. Karier, nama baik, harta benda adalah tarikat menuju Tuhan, dan bukan Tuhan itu sendiri
6. Manusia mesti memutuskan sesuatu untuk menemukan dirinya kembali, memilih tempatnya berpijak, menentukan kedudukannya. Di tengah ilmu yang makin menumbuhkan ruh. Di tengah pengebirian agama, pendangkalan kebudayaan, ironi kenyataan yang palipurna, penindasan yang disamarkan, penjajahan dengan senyuman. Ini zaman darurat, apa yang bias kau perbuat? Mengubah masyarakat? Itu impian sekarat.
7. Kehidupan berhenti ketika seseorang memilih aman daripada gelisah dan resiko.
8. Proses apapun, apalagi perlawanan dan pembebasan, mestilah ditempuh dengan kerja keras terus-menerus, penguasaan atas segala yang diperlukan oleh proses itu, serta persediaan waktu yang tidak pendek.
9. Puisi bukan apa-apa. Ia hanya bikinan manusia. Sedang manusia bukan apa-apa, kecuali ia yang bekerja agar ia lebih dari sekedar bukan apa-apa. Apapun saja bukan apa-apa kecuali Tuhan.
10. Saudaraku, dimana saja aku adalah aku, sebagaimana di hutan pun engkau adalah engkau.
ma'iyah
Oleh: Emha Ainun Nadjib
Dalam forum Maiyahan, tempat pemeluk berbagai agama berkumpul melingkar, sering saya bertanya kepada forum:
"Apakah anda punya tetangga?".
Biasanya dijawab: "Tentu punya"
"Punya istri enggak tetangga Anda?"
"Ya, punya dong"
"Pernah lihat kaki istri tetangga Anda itu?"
"Secara khusus, tak pernah melihat "
" Jari-jari kakinya lima atau tujuh? "
"Tidak pernah memperhatikan"
"Body-nya sexy enggak?"
Hadirin biasanya tertawa.
Dan saya lanjutkan tanpa menunggu jawaban mereka:
"Sexy atau tidak bukan urusan kita, kan? Tidak usah kita perhatikan,tak usah kita amati, tak usah kita dialogkan,diskusika n atau perdebatkan. Biarin saja". Keyakinan keagamaan orang lain itu ya ibarat istri orang lain. Ndak usah diomong-omongkan, ndak usah dipersoalkan benar salahnya, mana yang lebih unggul atau apapun.Tentu, masing-masing suami punya penilaian bahwa istrinya begini begitu dibanding istri tetangganya, tapi cukuplah disimpan didalam hati.
"Apakah anda punya tetangga?".
Biasanya dijawab: "Tentu punya"
"Punya istri enggak tetangga Anda?"
"Ya, punya dong"
"Pernah lihat kaki istri tetangga Anda itu?"
"Secara khusus, tak pernah melihat "
" Jari-jari kakinya lima atau tujuh? "
"Tidak pernah memperhatikan"
"Body-nya sexy enggak?"
Hadirin biasanya tertawa.
Dan saya lanjutkan tanpa menunggu jawaban mereka:
"Sexy atau tidak bukan urusan kita, kan? Tidak usah kita perhatikan,tak usah kita amati, tak usah kita dialogkan,diskusika n atau perdebatkan. Biarin saja".
Bagi orang non-Islam, agama Islam itu salah.
Dan itulah sebabnya ia menjadi orang non-Islam.
Kalau dia beranggapan atau meyakini bahwa Islam itu benar, ngapain dia jadi non-Islam?
Demikian juga, bagi orang Islam, agama lain itu salah.Justru berdasar itulah maka ia menjadi orang Islam.Tapi, sebagaimana istri tetangga, itu disimpan saja didalam hati, jangan diungkapkan, diperbandingkan, atau dijadikan bahan seminar atau pertengkaran. Biarlah setiap orang memilih istri sendiri-sendiri, dan jagalah kemerdekaan masing-masing orang untuk menghormati dan mencintai istrinya masing-masing, tak usah rewel bahwa istri kita lebih mancung hidungnya karena Bapaknya dulu sunatnya pakai calak dan tidak pakai dokter,umpamanya.
Dengan kata yang lebih jelas, teologi agama-agama tak usah dipertengkarkan, biarkan masing-masing pada keyakinannya. Sementara itu orang muslim yang mau melahirkan padahal motornya gembos, silakan pinjam motor tetangganya yang beragama Katolik untuk mengantar istrinya ke rumah sakit.
Atau, Pak Pastor yang sebelah sana karena baju misanya kehujanan,padahal waktunya mendesak, ia boleh pinjam baju koko tetangganya yang NU maupun yang Muhamadiyah. Atau ada orang Hindu kerjasama bikin warung soto dengan tetangga Budha, kemudian bareng-bareng bawa colt bak ke pasar dengan tetangga Protestan untuk kulakan bahan-bahan jualannya.
Tetangga-tetangga berbagai pemeluk agama, warga Berbagai parpol, golongan, aliran, kelompok, atau apapun, silakan bekerja sama di bidang usaha perekonomian, sosial, kebudayaan, sambil saling melindungi koridor teologi masing-masing.
Bisa memperbaiki pagar bersama-sama, bisa gugur gunung membersihi kampung, bisa pergi mancing bareng bisa main gaple dan remi bersama.
Tidak ada masalah lurahnya Muslim, cariknya Katolik,kamituwonya Hindu, kebayannya Gatholoco, atau apapun.Jangankan kerja sama dengan sesama manusia, sedangkan dengan kerbau dan sapi pun kita bekerja sama nyingkal dan nggaru sawah.
Itulah lingkaran tulus hati dengan hati.
Itulah Maiyah.
Dan itulah sebabnya ia menjadi orang non-Islam.
Kalau dia beranggapan atau meyakini bahwa Islam itu benar, ngapain dia jadi non-Islam?
Demikian juga, bagi orang Islam, agama lain itu salah.Justru berdasar itulah maka ia menjadi orang Islam.Tapi, sebagaimana istri tetangga, itu disimpan saja didalam hati, jangan diungkapkan, diperbandingkan, atau dijadikan bahan seminar atau pertengkaran. Biarlah setiap orang memilih istri sendiri-sendiri, dan jagalah kemerdekaan masing-masing orang untuk menghormati dan mencintai istrinya masing-masing, tak usah rewel bahwa istri kita lebih mancung hidungnya karena Bapaknya dulu sunatnya pakai calak dan tidak pakai dokter,umpamanya.
Dengan kata yang lebih jelas, teologi agama-agama tak usah dipertengkarkan, biarkan masing-masing pada keyakinannya. Sementara itu orang muslim yang mau melahirkan padahal motornya gembos, silakan pinjam motor tetangganya yang beragama Katolik untuk mengantar istrinya ke rumah sakit.
Atau, Pak Pastor yang sebelah sana karena baju misanya kehujanan,padahal waktunya mendesak, ia boleh pinjam baju koko tetangganya yang NU maupun yang Muhamadiyah. Atau ada orang Hindu kerjasama bikin warung soto dengan tetangga Budha, kemudian bareng-bareng bawa colt bak ke pasar dengan tetangga Protestan untuk kulakan bahan-bahan jualannya.
Tetangga-tetangga berbagai pemeluk agama, warga Berbagai parpol, golongan, aliran, kelompok, atau apapun, silakan bekerja sama di bidang usaha perekonomian, sosial, kebudayaan, sambil saling melindungi koridor teologi masing-masing.
Bisa memperbaiki pagar bersama-sama, bisa gugur gunung membersihi kampung, bisa pergi mancing bareng bisa main gaple dan remi bersama.
Tidak ada masalah lurahnya Muslim, cariknya Katolik,kamituwonya Hindu, kebayannya Gatholoco, atau apapun.Jangankan kerja sama dengan sesama manusia, sedangkan dengan kerbau dan sapi pun kita bekerja sama nyingkal dan nggaru sawah.
Itulah lingkaran tulus hati dengan hati.
Itulah Maiyah.
mahameru
Diposting oleh
werkudoroarimbi
on Kamis, 09 September 2010
di
9/09/2010 04:32:00 PM
0
komentar
Label:
Belong to bee


upin-ipin vs unyil
Dari gambar diatas, kelihatan Unyil bertemu dengan Upin dan Ipin pada saat sedang berpatroli menjaga wilayah negaranya masing-masing. Namun Unyil merasa seperti ketakutan, dimana hal ini disebabkan oleh :
- Unyil hanya sendiri, sedangkan Upin dan Ipin berdua.
- Unyil tidak didukung anak-anak Indonesia sendiri, sedangkan Upin dan Ipin sangat didukung dengan seringnya anak-anak Indonesia menonton Upin dan Ipin. Kalau ditanya anak sekarang, lebih mengenal Upin dan Ipin daripada si Unyil.
- Si Unyil, filmnya menggunakan teknologi yang tidak lebih baik daripada Upin dan Ipin.
- Si Unyil, tidak pintar, karena dari dulu sampai sekarang unyil masih sekolah di SD. Cerita Upin dan Ipin ada rencana, sekolahnya terus meningkat sampai High School.
- Si Unyil Menggunakan Kapal Kertas sedangkan kapal Upin dan Ipin terbuat dari Kayu ( berdasarkan gambar di atas hehe)
- Si Unyil tidak membawa senjata sedangkan Upin dan Ipin Membawa senjata yaitu ketapel ( berdasarkan gambar di atas hehe)
Gimana sih Unyil mau menang kalau begini..!!!!!
Tapi ane tetap cinta INDONESIA
Negara Terkaya Di Dunia Yang Luput Dari Perhatian Dunia
oleh Agung Mauliady (facebook) pada 24 Agustus 2010 jam 12:04
Banyak sebenarnya yang tidak tahu dimanakah negara terkaya di planet bumi ini, ada yang mengatakan Amerika, ada juga yang mengatakan negera-negara di timur tengah. tidak salah sebenarnya, contohnya amerika. negara super power itu memiliki tingkat kemajuan teknologi yang hanya bisa disaingi segelintir negara, contoh lain lagi adalah negara-negara di timur tengah.Rata-rata negara yang tertutup gurun pasir dan cuaca yang menyengat itu mengandung jutaan barrel minyak yang siap untuk diolah. tapi itu semua belum cukup untuk menyamai negara yang satu ini. bahkan Amerika, Negara-negara timur tengah serta Uni Eropa-pun tak mampu menyamainya.dan inilah negara terkaya di planet bumi yang luput dari perhatian warga bumi lainya. warga negara ini pastilah bangga jika mereka tahu. tapi sayangnya mereka tidak sadar "berdiri di atas berlian" langsung saja kita lihat profil negaranya.Wooww... Apa yang terjadi? apakah penulis (saya) salah? tapi dengan tegas saya nyatakan bahwa negara itulah sebagai negara terkaya di dunia. tapi bukankah negara itu sedang dalam kondisi terpuruk? hutang dimana-mana, kemiskinan, korupsi yang meraja lela, kondisi moral bangsa yang kian menurun serta masalah-masalah lain yang sedang menyelimuti negara itu.baiklah mari kita urai semuanya satu persatu sehingga kita bisa melihat kekayaan negara ini sesungguhnya.
1. Negara ini punya pertambangan emas terbesar dengan kualitas emas terbaik di dunia. namanya PT Freeport.
pertambangan ini telah mengasilkan 7,3 JUTA ton tembaga dan 724,7 JUTA ton emas. saya (penulis= suranegara) mencoba meng-Uangkan jumlah tersebut dengan harga per gram emas sekarang, saya anggap Rp. 300.000. dikali 724,7 JUTA ton emas/ 724.700.000.000.000 Gram dikali Rp 300.000. = Rp.217.410.000.000.000.000.000 Rupiah!!!!! ada yang bisa bantu saya cara baca nilai tersebut? itu hanya emas belum lagi tembaga serta bahan mineral lain-nya.lalu siapa yang mengelola pertambangan ini? bukan negara ini tapi AMERIKA! prosentasenya adalah 1% untuk negara pemilik tanah dan 99% untuk amerika sebagai negara yang memiliki teknologi untuk melakukan pertambangan disana. bahkan ketika emas dan tembaga disana mulai menipis ternyata dibawah lapisan emas dan tembaga tepatnya di kedalaman 400 meter ditemukan kandungan mineral yang harganya 100 kali lebih mahal dari pada emas, ya.. dialah URANIUM! bahan baku pembuatan bahan bakar nuklir itu ditemukan disana. belum jelas jumlah kandungan uranium yang ditemukan disana, tapi kabar terakhir yang beredar menurut para ahli kandungan uranium disana cukup untuk membuat pembangkit listrik Nuklir dengan tenaga yang dapat menerangi seluruh bumi hanya dengan kandungan uranium disana. Freeport banyak berjasa bagi segelintir pejabat negeri ini, para jenderal dan juga para politisi busuk, yang bisa menikmati hidup dengan bergelimang harta dengan memiskinkan bangsa ini. Mereka ini tidak lebih baik daripada seekor lintah!
2. Negara ini punya cadangan gas alam TERBESAR DI DUNIA! tepatnya di Blok Natuna.
Berapa kandungan gas di blok natuna? Blok Natuna D Alpha memiliki cadangan gas hingga 202 TRILIUN kaki kubik!! dan masih banyak Blok-Blok penghasil tambang dan minyak seperti Blok Cepu dll. DIKELOLA SIAPA? EXXON MOBIL! dibantu sama Pertamina.
3. Negara ini punya Hutan Tropis terbesar di dunia. hutan tropis ini memiliki luas 39.549.447 Hektar, dengan keanekaragaman hayati dan plasmanutfah terlengkap di dunia.
Letaknya di pulau sumatra, kalimantan dan sulawesi.sebenarnya jika negara ini menginginkan kiamat sangat mudah saja buatmereka. tebang saja semua pohon di hutan itu makan bumi pasti kiamat.karena bumi ini sangat tergantung sekali dengan hutan tropis ini untukmenjaga keseimbangan iklim karena hutan hujan amazon tak cukup kuatuntuk menyeimbangkan iklim bumi. dan sekarang mereka sedikit demi sedikitelah mengkancurkanya hanya untuk segelintir orang yang punya uanguntuk perkebunan dan lapangan Golf. sungguh sangat ironis sekali.
4. Negara ini punya Lautan terluas di dunia. dikelilingi dua samudra, yaitu Pasific dan Hindia hingga tidak heran memiliki jutaan spesies ikan yang tidak dimiliki negara lain.
Saking kaya-nya laut negara ini sampai-sampai negara lain pun ikut memanen ikan di lautan negara ini.
5. Negara ini punya jumlah penduduk terbesar ke 4 didunia.
Bengan jumlah penduduk segitu harusnya banyak orang-orang pintar yang telah dihasilkan negara ini, tapi pemerintah menelantarkan mereka-mereka. sebagai sifat manusia yang ingin bertahan hidup tentu saja mereka ingin di hargai. jalan lainya adalah keluar dari negara ini dan memilih membela negara lain yang bisa menganggap mereka dengan nilai yang pantas.
6. Negara ini memiliki tanah yang sangat subur. karena memiliki banyak gunung berapi yang aktif menjadikan tanah di negara ini sangat subur terlebih lagi negara ini dilintasi garis katulistiwa yang banyak terdapat sinar matahari dan hujan.
Jika dibandingkan dengan negara-negara timur tengah yang memiliki minyak yang sangat melimpah negara ini tentu saja jauh lebih kaya. coba kita semua bayangkan karena hasil mineral itu tak bisa diperbaharui dengan cepat. dan ketika seluruh minyak mereka telah habis maka mereka akan menjadi negara yang miskin karena mereka tidak memiliki tanah sesubur negara ini yang bisa ditanami apapun juga. bahkan tongkat kayu dan batu jadi tanaman.
7. Negara ini punya pemandangan yang sangat eksotis dan lagi-lagi tak ada negara yang bisa menyamainya. dari puncak gunung hingga ke dasar laut bisa kita temui di negara ini.
Negara ini sangat amat kaya sekali, tak ada bangsa atau negara lain sekaya INDONESIA! tapi apa yang terjadi?
dialah INDONESIA!
untuk EXXON MOBIL OIL, FREEPORT, SHELL, PETRONAS dan semua PEJABAT NEGARA yang menjual kekayaan Bangsa untuk keuntungan negara asing, diucapkan TERIMA KASIH.
Sebuah cerita mungkin akan bisa menggambarkan indonesia saat ini silahkan disimak.
Judulnya Ketika Tuhan Menciptakan IndonesiaSuatu hari Tuhan tersenyum puas melihat sebuah planet yang baru saja diciptakan- Nya. Malaikat pun bertanya, "Apa yang baru saja Engkau ciptakan, Tuhan?" "Lihatlah, Aku baru saja menciptakan sebuah planet biru yang bernama Bumi," kata Tuhan sambil menambahkan beberapa awan di atas daerah hutan hujan Amazon. Tuhan melanjutkan, "Ini akan menjadi planet yang luar biasa dari yang pernah Aku ciptakan. Di planet baru ini, segalanya akan terjadi secara seimbang".Lalu Tuhan menjelaskan kepada malaikat tentang Benua Eropa. Di Eropa sebelah utara, Tuhan menciptakan tanah yang penuh peluang dan menyenangkan seperti Inggris, Skotlandia dan Perancis. Tetapi di daerah itu, Tuhan juga menciptakan hawa dingin yang menusuk tulang.Di Eropa bagian selatan, Tuhan menciptakan masyarakat yang agak miskin, seperti Spanyol dan Portugal, tetapi banyak sinar matahari dan hangat serta pemandangan eksotis di Selat Gibraltar.Lalu malaikat menunjuk sebuah kepulauan sambil berseru, "Lalu daerah apakah itu Tuhan?" "O, itu," kata Tuhan, "itu Indonesia. Negara yang sangat kaya dan sangat cantik di planet bumi. Ada jutaan flora dan fauna yang telah Aku ciptakan di sana. Ada jutaan ikan segar di laut yang siap panen. Banyak sinar matahari dan hujan. Penduduknya Ku ciptakan ramah tamah,suka menolong dan berkebudayaan yang beraneka warna. Mereka pekerja keras, siap hidup sederhana dan bersahaja serta mencintai seni."Dengan terheran-heran, malaikat pun protes, "Lho, katanya tadi setiap negara akan diciptakan dengan keseimbangan. Kok Indonesia baik-baik semua. Lalu dimana letak keseimbangannya? "Tuhan pun menjawab dalam bahasa Inggris, "Wait, until you see the idiots I put in the government." (tunggu sampai Saya menaruh 'idiot2′ di pemerintahannya)
Dan untuk rasa terima kasih untuk Kemerdekaan Indonesia yang ke 65 tahun, kami pemuda-pemudi Indonesia memberikan penghargaan sebesar-besarnya kepada pejuang yang telah mengorbankan darah dan air mata mereka untuk bangsa yang tidak tahu terima kasih ini.
"Indonesia tanah air betadisana tempat lahir beta,dibuai dibesarkan bunda,Tempat berlindung di hari Tua...HIngga nanti menutup mata"
HIDUPLAH INDONESIA RAYA!!
Diposting oleh
werkudoroarimbi
on Rabu, 08 September 2010
di
9/08/2010 02:22:00 PM
0
komentar
Label:
artikel


Mengenang Akhlak Nabi Muhammad SAW
Orang Badui ini mulai heran. Bukankah Umar merupakan seorang sahabat senior Nabi, begitu pula Bilal, bukankah ia merupakan sahabat setia Nabi. Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad. Dengan berharap-harap cemas, Badui ini menemui Ali. Ali dengan linangan air mata berkata, "Ceritakan padaku keindahan dunia ini!." Badui ini menjawab, "Bagaimana mungkin aku dapat menceritakan segala keindahan dunia ini..." Ali menjawab, "Engkau tak sanggup menceritakan keindahan dunia padahal Allah telah berfirman bahwa sungguh dunia ini kecil dan hanyalah senda gurau belaka, lalu bagaimana aku dapat melukiskan akhlak Muhammad, sedangkan Allah telah berfirman bahwa sungguh Muhammad memiliki budi pekerti yang agung! (QS. Al-Qalam[68]: 4)"
Badui ini lalu menemui Siti Aisyah r.a. Isteri Nabi yang sering disapa "Khumairah" oleh Nabi ini hanya menjawab, khuluquhu al-Qur'an (Akhlaknya Muhammad itu Al-Qur'an). Seakan-akan Aisyah ingin mengatakan bahwa Nabi itu bagaikan Al-Qur'an berjalan. Badui ini tidak puas, bagaimana bisa ia segera menangkap akhlak Nabi kalau ia harus melihat ke seluruh kandungan Qur'an. Aisyah akhirnya menyarankan Badui ini untuk membaca dan menyimak QS Al-Mu'minun[23]: 1-11.
Bagi para sahabat, masing-masing memiliki kesan tersendiri dari pergaulannya dengan Nabi. Kalau mereka diminta menjelaskan seluruh akhlak Nabi, linangan air mata-lah jawabannya, karena mereka terkenang akan junjungan mereka. Paling-paling mereka hanya mampu menceritakan satu fragmen yang paling indah dan berkesan dalam interaksi mereka dengan Nabi terakhir ini.
Mari kita kembali ke Aisyah. Ketika ditanya, bagaimana perilaku Nabi, Aisyah hanya menjawab, "ah semua perilakunya indah." Ketika didesak lagi, Aisyah baru bercerita saat terindah baginya, sebagai seorang isteri. "Ketika aku sudah berada di tempat tidur dan kami sudah masuk dalam selimut, dan kulit kami sudah bersentuhan, suamiku berkata, 'Ya Aisyah, izinkan aku untuk menghadap Tuhanku terlebih dahulu.'" Apalagi yang dapat lebih membahagiakan seorang isteri, karena dalam sejumput episode tersebut terkumpul kasih sayang, kebersamaan, perhatian dan rasa hormat dari seorang suami, yang juga seorang utusan Allah.
Nabi Muhammad jugalah yang membikin khawatir hati Aisyah ketika menjelang subuh Aisyah tidak mendapati suaminya disampingnya. Aisyah keluar membuka pintu rumah. terkejut ia bukan kepalang, melihat suaminya tidur di depan pintu. Aisyah berkata, "Mengapa engkau tidur di sini?" Nabi Muhammmad menjawab, "Aku pulang sudah larut malam, aku khawatir mengganggu tidurmu sehingga aku tidak mengetuk pintu. itulah sebabnya aku tidur di depan pintu." Mari berkaca di diri kita masing-masing. Bagaimana perilaku kita terhadap isteri kita? Nabi mengingatkan, "berhati-hatilah kamu terhadap isterimu, karena sungguh kamu akan ditanya di hari akhir tentangnya." Para sahabat pada masa Nabi memperlakukan isteri mereka dengan hormat, mereka takut kalau wahyu turun dan mengecam mereka.
Buat sahabat yang lain, fragmen yang paling indah ketika sahabat tersebut terlambat datang ke Majelis Nabi. Tempat sudah penuh sesak. Ia minta izin untuk mendapat tempat, namun sahabat yang lain tak ada yang mau memberinya tempat. Di tengah kebingungannya, Rasul memanggilnya. Rasul memintanya duduk di dekatnya. Tidak cukup dengan itu, Rasul pun melipat sorbannya lalu diberikan pada sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat duduk. Sahabat tersebut dengan berlinangan air mata, menerima sorban tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk akan tetapi mencium sorban Rasul.
Senangkah kita kalau orang yang kita hormati, pemimpin yang kita junjung tiba-tiba melayani kita bahkan memberikan sorbannya untuk tempat alas duduk kita. Bukankah kalau mendapat kartu lebaran dari seorang pejabat saja kita sangat bersuka cita. Begitulah akhlak Nabi, sebagai pemimpin ia ingin menyenangkan dan melayani bawahannya. Dan tengoklah diri kita. Kita adalah pemimpin, bahkan untuk lingkup paling kecil sekalipun, sudahkah kita meniru akhlak Rasul Yang Mulia.Nabi Muhammad juga terkenal suka memuji sahabatnya. Kalau kita baca kitab-kitab hadis, kita akan kebingungan menentukan siapa sahabat yang paling utama. Terhadap Abu Bakar, Rasul selalu memujinya. Abu Bakar-lah yang menemani Rasul ketika hijrah. Abu Bakarlah yang diminta menjadi Imam ketika Rasul sakit. Tentang Umar, Rasul pernah berkata, "Syetan saja takut dengan Umar, bila Umar lewat jalan yang satu, maka Syetan lewat jalan yang lain." Dalam riwayat lain disebutkan, "Nabi bermimpi meminum susu. Belum habis satu gelas, Nabi memberikannya pada Umar yang meminumnya sampai habis.
Tentang Utsman, Rasul sangat menghargai Ustman karena itu Utsman menikahi dua putri nabi, hingga Utsman dijuluki dzu an-Nurain (pemilik dua cahaya). Mengenai Ali, Rasul bukan saja menjadikannya ia menantu, tetapi banyak sekali riwayat yang menyebutkan keutamaan Ali. "Aku ini
Lihatlah diri kita sekarang. Bukankah jika ada seorang rekan yang punya sembilan kelebihan dan satu kekurangan, maka kita jauh lebih tertarik berjam-jam untuk membicarakan yang satu itu dan melupakan yang sembilan. Ah...ternyata kita belum suka memuji; kita masih suka mencela. Ternyata kita belum mengikuti sunnah Nabi.
Saya pernah mendengar ada seorang ulama yang mengatakan bahwa Allah pun sangat menghormati Nabi Muhammad. Buktinya, dalam Al-Qur'an Allah memanggil para Nabi dengan sebutan nama: Musa, Ayyub, Zakaria, dll. tetapi ketika memanggil Nabi Muhammad, Allah menyapanya dengan "Wahai Nabi". Ternyata Allah saja sangat menghormati beliau.
Setelah mendengar teguran itu Abu Bakar berkata, "Ya Rasul Allah, demi Allah, sejak sekarang aku tidak akan berbicara denganmu kecuali seperti seorang saudara yang membisikkan rahasia." Umar juga berbicara kepada Nabi dengan suara yang lembut. Bahkan konon kabarnya setelah peristiwa itu Umar banyak sekali bersedekah, karena takut amal yang lalu telah terhapus.
Dalam satu kesempatan lain, ketika di Mekkah, Nabi didatangi utusan pembesar Quraisy, Utbah bin Rabi'ah. Ia berkata pada Nabi, "Wahai kemenakanku, kau datang membawa agama baru, apa yang sebetulnya kau kehendaki. Jika kau kehendaki harta, akan kami kumpulkan kekayaan kami, Jika Kau inginkan kemuliaan akan kami muliakan engkau. Jika ada sesuatu penyakit yang dideritamu, akan kami carikan obat. Jika kau inginkan kekuasaan, biar kami jadikan engkau penguasa kami"
Nabi mendengar dengan sabar uraian tokoh musyrik ini. Tidak sekalipun beliau membantah atau memotong pembicaraannya. Ketika Utbah berhenti, Nabi bertanya, "Sudah selesaikah, Ya Abal Walid?" "Sudah." kata Utbah. Nabi membalas ucapan utbah dengan membaca
Peristiwa ini sudah lewat ratusan tahun lalu. Kita tidak heran bagaimana Nabi dengan sabar mendegarkan pendapat dan usul Utbah, tokoh musyrik. Kita mengenal akhlak nabi dalam menghormati pendapat orang lain. Inilah akhlak Nabi dalam majelis ilmu. Yang menakjubkan adalah perilaku kita sekarang. Bahkan oleh si Utbbah, si musyrik, kita kalah. Utbah mau mendengarkan Nabi dan menyuruh kaumnya membiarkan Nabi berbicara. Jangankan mendengarkan pendapat orang kafir, kita bahkan tidak mau mendengarkan pendapat saudara kita sesama muslim. Dalam pengajian, suara pembicara kadang-kadang tertutup suara obrolan kita. Masya Allah!
Ketika Nabi tiba di Madinah dalam episode hijrah, ada utusan kafir Mekkah yang meminta janji Nabi bahwa Nabi akan mengembalikan siapapun yang pergi ke Madinah setelah perginya N abi. Selang beberapa waktu kemudian. Seorang sahabat rupanya tertinggal di belakang Nabi. Sahabat ini meninggalkan isterinya, anaknya dan hartanya. Dengan terengah-engah menembus
Dalam suatu kesempatan menjelang akhir hayatnya, Nabi berkata pada para sahabat, "Mungkin sebentar lagi Allah akan memanggilku, aku tak ingin di
Rasul memberikan tongkat tersebut pada sahabat itu seraya menyingkapkan bajunya, sehingga terlihatlah perut Nabi. Nabi berkata, "lakukanlah!" Detik-detik berikutnya menjadi sangat menegangkan. Tetapi terjadi suatu keanehan. Sahabat tersebut malah menciumi perut Nabi dan memeluk Nabi seraya menangis, "Sungguh maksud tujuanku hanyalah untuk memelukmu dan merasakan kulitku bersentuhan dengan tubuhmu!. Aku ikhlas atas semua perilakumu wahai Rasulullah." Seketika itu juga terdengar ucapan, "Allahu Akbar" berkali-kali. sahabat tersebut tahu, bahwa permintaan Nabi itu tidak mungkin diucapkan kalau Nabi tidak merasa bahwa ajalnya semakin dekat. Sahabat itu tahu bahwa saat perpisahan semakin dekat, ia ingin memeluk Nabi sebelum Allah memanggil Nabi.
Suatu pelajaran lagi buat kita. Menyakiti orang lain baik hati maupun badannya merupakan perbuatan yang amat tercela. Allah tidak akan memaafkan sebelum yang kita sakiti memaafkan kita. Rasul pun sangat hati-hati karena khawatir ada orang yang beliau sakiti. Khawatirkah kita bila ada orang yang kita sakiti menuntut balas nanti di
Nabi Muhammad ketika saat haji Wada', di padang Arafah yang terik, dalam keadaan sakit, masih menyempatkan diri berpidato. Di akhir pidatonya itu Nabi dengan dibalut sorban dan tubuh yang menggigil berkata, "Nanti di hari pembalasan, kalian akan ditanya oleh Allah apa yang telah aku, sebagai Nabi, perbuat pada kalian. Jika kalian ditanya nanti, apa jawaban kalian?"
Rasul pun mendongakkan kepalanya ke atas, dan berkata, "Ya Allah saksikanlah...Ya Allah saksikanlah...Ya Allah saksikanlah!". Nabi meminta kesaksian Allah bahwa Nabi telah menjalankan tugasnya. Di pengajian ini saya pun meminta Allah menyaksikan bahwa kita mencintai Rasulullah."Ya Allah saksikanlah betapa kami mencintai Rasul-Mu, betapa kami sangat ingin bertemu dengan kekasih-Mu, betapa kami sangat ingin meniru semua perilakunya yang indah; semua budi pekertinya yang agung, betapa kami sangat ingin dibangkitkan nanti di
Diposting oleh
werkudoroarimbi
on Senin, 23 Agustus 2010
di
8/23/2010 09:47:00 AM
0
komentar
Label:
artikel


Maaf Tuhan, kami sedang sibuk
Barangkali kita, khususnya yang tinggal di kota, memang terlalu sibuk. Urusan kita untuk kepentingan kita sendiri begitu banyak, sehingga jatah waktu yang 24 jam rasanya tidak cukup.Coba hitung sendiri; berapa jam untuk bekerja mencari nafkah? Berapa untuk olah raga termasuk senam pagi agar kondisi tubuh fit? Berapa untuk rekreasi termasuk “rekreasi dinamis” untuk menyegarkan kembali fikiran yang stress? Berapa untuk kerja-kerja sosial seperti arisan dan sebagainya? Berapa untuk kegiatan-kegiatan organisasi ini itu? Berapa untuk istirahat dan tidur? Lalu membaca Koran/majalah, nonton tv dan sebagainya dan seterusnya? Belum lagi jika dihitung ‘kegiatan’ menunggu dalam kemacetan lalu lintas. Jadi umumnya kita memang tak cukup punya waktu untuk njlimeti persolan yang tidak atau tidak segera tampak ada kaitannya langsung dengan kepentingan diri kita sendiri ? Kiranya untuk persoalan-persoalan yang seperti itu, ‘partisipasi’ kita cukuplah dengan meramaikan sambil lalu bersama mass media. Misalnya dengan sedikit menyumbang pernyataan atau pendapat, sedikit usulan atau kalau perlu protes dan demontrasi. Nanti persoalan-persoalan itu pun akan selesai dengan sendirinya. Mereka yang mempunyai gairah, semangat dan kepedulian, yang besar terhadap agama pun, apabila terdorong ghirah mereka untuk menanggapi suata persoalan sering kali tidak sempat sekedar menengok tuntunan agama mereka sendiri itu mengenai bagaimana seharusnya menanggapi persoalan semacam itu yang menyangkut agama, kalaupun ada konsultasi sebelumnya paling banter yah kepada akal pikiran dan emosi atau itikad kelompok sendiri jarang yang sampai kepada Allah, untuk dan demi siapa mereka hidup dan beragama. Ambilah contoh persoalan-persoalan yang menyangkut ukhuwah islamiah dan muamalah bainan-naas kalaupun merujuk misalnya kepada firman Allah atau Rosul Nya, biasanya terlebih dahulu kita kenakan “kaca mata hitam putih” kita sendiri. Kita benci dulu kepada saudara kita, misalnya lalu kita mencari-cari dalil-dalil yang bisa mengkaitkannya dengan hal yang tidak disukai Allah; denagn demikian akan mudah kita mengambil keputusan saudara kita itu dibenci Allah; karena kita perlu ganyang. Kita curiga dulu terhadap suatu kelompok, setelah itu mudah kita cari hujjah atau argumentasi membabat setiap gagasan, atau bahkan sekedar pendapat, dari kelompok tersebut. Ini jauh lebih mudah. Tidak banyak menyita waktu dan energi, ketibang harus cape-cape mengatur diri agar obyektif, mengkaji masalah secara jernih; dan dengan lurus merujuk firman Allah dan atau sabda Rosul-Nya. Waba’du; Allah menyuruh kita kaum Mukminin untuk menjuhi prasangka-prasangka mencari-cari kesalahan orang lain dan menggunjing sesame (Q.s.49:12). Tapi mana kita punya waktu untuk lebih dari sekedar perprasangka dan mencari-cari kesalahan orang lain, kalau kita terlalu sibuk denagn diri kita dan kelompok sendiri?
Biasanya dengan dalih menegakkan kebenaran atau menjaga kesucian agama, prasangka dan larangan-larangan Tuhan yang telah digariskan pun lalu dianggap halal atau dilupakan. Padahal menegakkan kebenaran bagi kaum beriman-pun ada cara dan rambu-rambunya (baca misalnya QS 4:135 QS 5:8) ataukah kita juga tidak punya cukup waktu? atau na'udzubillah, kita terlalu angkuh dan merasa tidak perlu mendengarkan firman Allahtentang sikap dan perilaku yang harus kita ambil dan jalani? semoga Allah mengampuni kita.(Oleh: A. Mustofa Bisri)
Biasanya dengan dalih menegakkan kebenaran atau menjaga kesucian agama, prasangka dan larangan-larangan Tuhan yang telah digariskan pun lalu dianggap halal atau dilupakan. Padahal menegakkan kebenaran bagi kaum beriman-pun ada cara dan rambu-rambunya (baca misalnya QS 4:135 QS 5:8) ataukah kita juga tidak punya cukup waktu? atau na'udzubillah, kita terlalu angkuh dan merasa tidak perlu mendengarkan firman Allahtentang sikap dan perilaku yang harus kita ambil dan jalani? semoga Allah mengampuni kita.(Oleh: A. Mustofa Bisri)
Diposting oleh
werkudoroarimbi
on Minggu, 22 Agustus 2010
di
8/22/2010 04:48:00 PM
0
komentar
Label:
gus mus


juragan minyak vs pemulung
Paduan bahan-bahan terbaik asli Indonesia, memberikan kemantapan dan kenikmatan khas Bentoel Biru yang terkenal sejak dulu”. Celoteh Kuntadi ketika membaca tulisan di punggung bungkus rokok favoritnya. Padahal otaknya sedang mblayang. “Andai saja suatu saat aku dapat membeli rokok favoritku sebanyak satu bak truk, dari penghasilanku sebagai pengusaha minyak, meski sekarang bapakku masih sebagai pedagang minyak keliling, tapi aku besok kan sudah bisa jadi juragan minyak!” Katanya dalam hati. Saat ini Kuntadi adalah salah satu dari ratusan santri yang sedang menimba ilmu di pondok pesantren di desa karang kedampel. Di dalam kamar tinggalnya, Kuntadi sedang tengkurap sambil melamunkan satu bak truk rokok favoritnya. Di sebelahnya, ada Aryasena yang sedang duduk sembari memperhatikan putung rokok yang berceceran di lantai kamarnya, bersama Kuntadi. Kata Aryasena dalam hati, “Andai saja putung-putung rokok itu aku kumpulkan, dan kujual, katakanlah satu hari dapat lima ribu, berarti sebulan sudah dapat seratus lima puluh ribu, berarti, setahun sudah dapat berapa?. Wah jadi ngga’ kuat mikirnya”. Maklum, Aryasena adalah anak melarat sejak dalam kandungan. Bapaknya sudah meninggal sejak kelahiran anak ke lima belas yang tak lain adalah Aryasena itu sendiri. Sedang ibunya hanya sebagai pedagang sego pecel di kampung halamannya.
Terlihat berdua, tapi kok saling berdiam seakan tak saling kenal, maka Kuntadi pun membuka percakapan dengan Aryasena, “Eh sena, Aryasena, sedang melamun apa to?. Kira-kira seruan mana sama yang aku lamunkan?”. “Aku hanya sedang ngelantur. Seperti biasa, sedang ngelamun dapat uang banyak dari hasil menjual putung rokok. Hitung-hitung memanfaatkan barang buangan. Kaya’ orang Jepang, berkreasi dari barang buangan.” Aryasena bercerita tentang apa yang sedang dilamunkannya. Mendengar itu, Kuntadi langsung menyahut,“Tapi kenapa mesti kaya’ orang Jepang ? Lha wong mereka itu bisa seperti sekarang kan cuma hasil jajahan saja. Toh itu pun ngga’ lepas dari jasa orang Indonesia yang dulu ikut nyumbang tenaga kerja (paksa) ke orang Jepang itu. Masih mending orang Indonesia, biar sudah dikuras kekayaannya oleh penjajah tapi sampai sekarang juga tetap makmur!”. Aryasena pun langsung kasih timpal, “Tapi kita lihat sekarang, orang Indonesia bisa apa? Buat makan saja berasnya nempil dari negara lain. Prestasinya saja hanya sebagai negara ter-korup. Orang-orang pinternya, yang katanya selalu menang lomba teknologi di luar negeri, sampai sekarang tak juga memunculkan karyanya buat masyarakat. Malah mentok-mentoknya jadi TKI ke luar negeri. Bahkan mantan presiden kita saja, sekarang ada yang jadi TKI di Jerman. Kalau separah itu, mana mungkin Indonesia bisa makmur?!”. Menyimak apa yang dikatakan Aryasena, Kuntadi hanya bisa manggut-manggut. Lalu dia nyelimur, “eh, tadi aku belum cerita apa yang aku lamunkan. Aku tadi ngelamun andai kata aku besuk bisa jadi juragan minyak. Aku mau beli rokok favoritku sebanyak satu bak truk. Asyik kan?”. “ Ah, kalau hanya ngelamun jadi juragan, aku sih juga bisa!” Sahut Aryasena meledek. “Daripada kamu, masa’ cita-cita jadi pemulung? Mending aku, bisa jadi juragan!” Kuntadi balas meledek. “Iya, tapi kan maksudku baik. Setidaknya aku tak hanya bercita-cita dapat membeli rokok satu truk. Tapi lebih dari itu, aku bisa membantu usaha ibuku. Sukur-sukur bisa bikin lapangan pekerjaan” Aryasena kembali menyahut. “Lha terus kenapa?” Kuntadi bertanya jengkel. “Ya mestinya kita sadar, kita seharusnya prihatin atas situasi negara kita sekarang. Lah wong kenyataannya sedang bobrok, kok dibilang makmur. Masa’ aku dengar, jama’ah haji Indonesia di tanah suci saja sekarang sedang kelaparan. Itu bukti kalau Indonesia sudah mulai ‘tak mampu’ nempil beras. Atau bisa jadi, uang buat nempil beras itu digasak sama orang-orang yang punya prestasi korup”. “Nah, melihat keadaan seperti itu masa’ kita hanya bengong? Sebagai orang Indonesia, mestinya kita ikut prihatin, apalagi kita adalah santri. Punya cita-cita mbok ya jangan cuma buat kepentingan sendiri, mestinya juga harus mikirin bangsa, negara, plus agama!” Aryasena begitu panjang memberi tutur kata. Sampai-sampai Kuntadi menjadi jengkel mendengarnya. “Ya sudah, kita stop saja ngobrolnya. Puyeng aku mendengarnya. Aku mau ngelamun lagi aja...” Kuntadi menutup pembicaraan dengan perasaan dongkol, sambil kembali berbaring dan menutup wajahnya dengan bantal. Dia melanjutkan lamunannya. ZZZ...ZZZ...(*)
Diposting oleh
werkudoroarimbi
on Jumat, 20 Agustus 2010
di
8/20/2010 01:01:00 PM
0
komentar
Label:
artikel


PD! setiap oang memiliki kelebihan (walikullin maziyyah)
Disebuah
warung kopi sebelah pesantren yg berada diprapatan kampung karang kedampel,
kuntadi tampak kelihatan melamun, merenungi nasib. Sehingga hal itu membuat
kang Aryasena terheran sekaligus iba melihatnya. Sejurus kemudian, kang
Aryasena pun menghampiri Kuntadi dg membawa segelas kopi panas.
Aryasena:
di, Kuntadi,
kamu itu baru kesambet jin mana kok jadi bengong gitu?
Kuntadi:
siapa to kang
yg kesambet itu? Aku itu lagi ngelu, mumet bin pusing…
Aryasena:
la kenapa to?
Kuntadi:
begini lo kang,
aku itu jadi orang kok mendo alias Ndoss banget ya? Td dimadrasah aku dimarahi
pak guru terus…
Aryasena:
oalah di… begitu
aja kok bingung… sing sabar aja… setiap orang itu pasti mempunyai kelebihan
masing-masing, coro bahasa ngajimu
“likullin maziyyah” sabar aja… sini, tak certain…
Dahulu
ada sebuah Pon-Pes yang berada ditengah keramaian desa. Walaupun santrinya tak
begitu banyak namun pengasuhnya termasuk kyai sepuh. Suatu saat kyai memanggil
salah satu santrinya untuk diberi tugas membuang sampah. Lalu datanglah santri
tersebut.
Kyai : Gus
saya minta tolong
Santri
I : Ada
apa Yai
Kyai : Ini
keranjang yang isinya
Sampah tolong kamu buang di laut yang
berada di sebelah hutan yang berada di utara desa ini
Santri
I : Malam-malam begini ? Yai bukannya saya
tidak mau, tapi ini sudah terlalu malam. Jadi maaf saja Yai
Kyai : Ya
kalau tidak mau tolong panggilkan teman kamu !
Kemudian
datanglah santri lain yang di panggil oleh kyai tersebut.
Santri
II: Ada
apa Yai ?
Kyai : Saya
minta tolong kamu, tolong buang sampah di depan itu ke laut. Siap !
Santri
II: Siap Yai !
Kemudian
berangkatlah santri tersebut, melaksanakan perintah kyai. Namun ditengah
perjalanan dia berhenti sejenak, dalam hatinya berkata “jauh bener lautnya,
mana harus melewati hutan lagi” setelah berpikir cukup panjang ahirnya dia
memutuskan untuk kembali lagi dan matur pada Kyai kalau dia tak sanggup.
Kyai : Lho
kok cepat bener gus ?
Santri
II: Maaf Yai, saya tidak sanggup melaksanakan
perintah panjenengan ?
Kyai : Ya
sudah kalau tidak sanggup. Tapi tolong carikan badalannya ya
Santri
II: Enggih Yai
Kemudian
santri tsb segera mencari badalannya. Kesana kemari ahirnya dia menemukan
santri yang baru melamun merenungi nasibnya karena mendapatkan otak kurang
mujur (Ndoss)
Santri
II : Assalamu’alaikum
Santri
Ndoss: Wa’alaikum salam. O.. sampeyan tho..
monggo-monggo
Santri
II : Ma’af menggangu sebentar ya
Santri
Ndoss: Oh Ndak apa-apa
Santri
II : Ngomong-ngomong kok ngelamun, lagi mikirin
apa ?
Santri
Ndoss: Ah nggak, Cuma agak sumpek
Santri
II : Belum dapet kiriman, atau utangmu udah
segede udun yang siap njeblos ?
Santri
Ndoss: Wah kalo itu malah Ndossak tak pikirin.
Anu, aku udah lama disini, mau boyong tapi belum banyak sangu untuk dirumah
nanti. Maksudku ilmuku belum segede udunmu itu
Santri
II : Oh itu yg bikin kamu sumpek. Udah lah yg
penting sabar aja. O..ya aku tadi di suruh Yai untuk mencari santri yg mau
buang sampah ke laut, kamu mau ?
Santri
Ndoss: Jangankan Cuma buang sampah, ngangkat
seleNdosser pun kalo yg nyuruh Yai, akan ku lakoni.
Singkat
cerita si Ndoss segera sowan Kyai utk menyatakan kesediaannya buang sampah
Kyai : Hati-hati
ya gus, soalnya memang sampah ini harus di buang malam hari.
Santri
Ndoss : Nggih Yai, nyuwun do’a dan pangestunya
supaya buang sampahnya ini sukses tanpa aral suatu apapun
Dengan
bekal PD ahirnya si santri Ndoss segera meluncur melewati hutan menuju pantai.
Sedikit terbesit di benak santri Ndoss rasa takut dan ngeri jangan** ada
graNdong nongol, wah bisa kacau nanti. Namun dg gigih ahirnya selesailah tugas
tsb.
Dengan
menggos** Ndoss langsung sowan Kyai.
Santri
Ndoss : Alhamdulillah, sampun Yai
Kyai
: Kalo sudah, segera kamu kemasi semua
barangmu dan besok pagi kamu boleh pulang
Santri
Ndoss : Nyuwun sewu Yai saya kan Ndossak pernah nonton, maling dsb, kok
tahu** langsung di boyong
Kyai : Justru
karena kamu Ndossak pernah ngelakuin yang begituan makanya kamu sudah ta’
bolehin pulang
Dalam
benak si Ndoss nyumbat segudang pertanyaan, namun karena dawuhnya Kyai seperti
itu ya ahirnya dia manut saja. Sampai tibalah pagi hari waktu si Ndoss pamitan
boyong pada Kyai
Kyai : Meski
kamu orangnya hanya begini namun aku cukup bangga punya santri kamu. Selalu
sendiko dawuh dan tak pernah neko**. Saya do’ain semoga kamu menjadi orang
sukses di desa kamu, bisa menyebarkan syariat** Kanjeng Nabi. Dan jangan lupa
dalam keadaan apapun kamu harus tetap ngaji
Santri
Ndoss : Nggih Yai, nyuwun do’a dan pangestu Yai
Singkat
cerita setelah tiba dirumah, mulailah dia merasakan hal** aneh pada dirinya
yang semuanya berkat dia yang selalu to’at pada Kyai. Semua kitab yang dulu di
buat ngaji selama di poNdossok di buka kembali dan di pelajari
“O..
ternyata begitu” Alangkah senangnya si Ndoss, setiap mbaca kitab yg dulu selalu
bablas n amblas (Ndak faham) ternyata baru ketemu selama di rumah. Sehingga
pada waktu muthola’ah sering terdengar “O.. Ealah ngono tho” dari mulutnya.
Dalam
waktu kurang setahun ahirnya dia dipercaya oleh wong** Ndeso untuk ngaji di
masjid. Namanya juga barokah tak disangka n diduga, Yang di atas kan paling jago mengatur
posisi hamba**nya.
Terdengar
cerita di poNdok asalnya bahwa salah satu santri pernah memimpikan Ndoss
tersebut, ternyata sampah yang dulu pernah di buang malam** adalah sutumpuk
kebodohan yang nyumbat di otak si Ndoss.
Aryasena:
Nah, kamu yang
sabar wae, meskipun ngelu, mumet bin pusing, yg penting kamu istiqomah alias
continue didalam belajar, patuhi segala dawuh pak guru dan pak kyai. insyaAllah
mendapat barokah.
Kuntadi:
wah terimakasih
kang atas nasihatnya. Wes, sebagai rasa matur suwun kulo, sampean tak traktir
wes,,, he he he.
Aryasena:
walah, kok
repot2 to di… tp yo matur suwun wes, kebeneran lagi bokek. Eh, ngomong2 anak2
pada kemana yak ok sepi begini?
Kuntadi:
wah g taut uh,
pada molor paling… pulang aja kang yuk, aku tak matla’ah lagi. He he he.
Akhinya
keduanya meninggalkan warung itu.
BAROKAH
“Ma’, kopinya Brontoseno, jangan manis-manis ya ma’.” Aryasena yg baru masuk warungnya Ma’ Cangik langsung memesan kopi sambil mencomot pisang goreng. Dilihatnya Kuntadi sudah “mojok” disalah satu sudut (klo g disudut g mojok namanya) warung itu. Aryasena-pun segera menyapa, “Oalah Di… jadi orang kok tiap hari kerjaannya ngelamun, cemberut mbetutut, jane kenapa to? Jd orang itu mbok ya yg ceria, sumringah gitu, biar awet muda, lancar rizki dan cepet dapat jodoh…” Kuntadi segera menyahuti, “La gimana to kang, rasanya aku kudu g kerasan aja dipondok ini, pengen pulang” “La emange kenapa kamu itu kok g kerasan?” timpal Aryasena. “ ya g tau, “hawa”-nya itu kepengen balik wae” jawab Kuntadi. Aryasena menimpali lagi, “emange dirumah kamu mau ngapain? Wong cari ilmu belum dapat apa2 gitu kok. Paling-paling ya ngluyur… wong kamu juga g sekolah. Lulusan SD gitu, ilmu g punya, keterampilan g ada, klo dirumah malah ngrepotin orang tua. Mending kamu dipondok saja, insyaAllah barokah.” Dasar Kuntadi, dikasih nasihat malah mencak2, “barokah lagi, barokah maning. Jane apa to barokah itu kang?” Ma’ Cangik yg dating dg membawa kopi pesanan Aryasena ikut nimbrung dalam obrolan itu, “Barokah bukanlah sekedar nama sebuah warung, juga bukan nama bus jurusan Surabaya - Trenggalek. Barokah adalah sesuatu yang sulit digambarkan atau didefinisikan. Secara definitif, barokah itu amrun (perkara) sebangsa ILAHI, barokah itu ada, dan tidak ada yang tahu dimana tempatnya, diberikan kepada siapa diantara kita yang penuh dengan kebaikan, sehingga mendapat barokah.”
Aryasena menambahi keterangan Ma’ Cangik, “Barokah identik dengan sesuatu yang bagus. Makanya barokah sering dihubungkan dengan pesantren atau ulama’-ulama’ salaf seperti para Wali sanga. Nggak heran kalau kita selalu mendengar kata barokah lebih dari 100 kali didalam pesantren. Seperti cerita yang pernah saya dengar dulu, KH. Imron Hamzah (alm.) pernah ditanya oleh rektor dari salah satu fakultas di Indonesia , “Kyai, sistem pendidikan dan pengajaran di pesantren itu tidak efektif. Bayangkan, kyai sendirian mengajar sekian banyak santri, itu tidak efektif kyai!” Dengan santai dan gaya khasnya, kyai Imron Hamzah menjawab, “ya nggak apa-apa pak, wong di pesantren itu ada barokahnya. Meski satu kyai mengajar sekian banyak santri tapi buktinya kan banyak santri yang jadi kyai?”. Terang Aryasena berikut ceritanya.
Limbuk, ptrinya ma’ Cangik, tiba2 saja juga ikut nimbrung, “Barokah itu entry point, kelebihan tersendiri yang dimiliki oleh orang-orang yang baik, harusnya itu kita manfaatkan dengan tidak bermalas-malasan dalam belajar dan mengaji mengingat kita nggak tahu kapan barokah itu diberikan, siapa yang layak mendapatkan barokah, semua nggak ada yang tahu!.”
Kuntadi menyahuti, “Aneh, barokah yang datangnya nggak pasti milik kita itu kok kita tunggu, ini kan sama halnya kita menunggu sesuatu yang nggak pasti. Sama halnya kita membuang waktu.” Aryasena langsung menimpali ucapan itu, “La justru itu Di, karena barokah itu hanya milik orang2 baik dan dekat kepada Allah, kita harus rajin belajar dan ngaji, berusaha jadi orang baik supaya mendapat barokah dari Allah. Jangan membuang waktu keemasan dengan bermalas-malas, ngelamun, cemberut, yo mana mungkin bias mendapat barokah dalam hidup?”.
Limbuk, yg juga belajar dipesantren sekaligus kuliah itu menambahi, “sayangnya, terkadang Barokah sudah kita jadikan senjata untuk menutupi kemalasan dan kekurangan kita, banyak diantara kita bilang ‘sing penting barokah’ tapi tanpa ada usaha dan asa, barokah sudah kita jadikan senjata untuk memuluskan keinginan dan ambisi pribadi kita. makanya nggak salah ada salah satu kyai dawuh barokah sekarang sudah nggak ada, sebenarnya sampai kapan-pun, Allah akan tetap memberi barokah kepada orang2 yang memang baik. Mungkin dawuh itu supaya barokah tidak dijadikan kambing hitam, agar para pelajar lebih bersemangat belajar dan mengaji.”
Aryasena segera menyimpulkan isi dari pada obrolan itu, “Marilah kita tetap semangat dalam belajar, mengaji, dimanapun, baik dipesantren, maupun di sekolah/kampus, dengan tidak tama’ terhadap barokah tapi tetap yaqin bahwa barokah itu ada, dimanapun dan kapan-pun asal kita menjadi orang baik dan memang bersungguh-sungguh. Apakah barokah diberikan kepada siapa saja tanpa pandang bulu? Wallahu A’lam Bisshowab.” Aryasena menyudahi keterangannya. Kuntadi hanya manggut2, belajar menerima keterangan teman2nya.
“ma’, sampun, kopi brontoseno, pisang gorengnya dua, tempe mendoanya tiga, sama ududnya dua, berapa ma’?” “Lima ribu den… matur suwun den, semoga barokah.” Dengan kompak, yang hadir diwarung itu menyahut, “Amin….” Dan mereka-pun segera meninggalkan warung itu, untuk segera melanjutkan kewajiban belajar dan mengajinya, serta mengharap mendapat barokah dari Allah SWT.
Diposting oleh
werkudoroarimbi
on Kamis, 19 Agustus 2010
di
8/19/2010 02:58:00 PM
0
komentar
Label:
artikel


Langganan:
Postingan (Atom)